Tingkat Kualitas, Bengkalis Kirim Guru ke Belanda

icon   Pada 25 September 2011 Bagikan ke :
Bengkalis – Sesuatu yang berkualitas akan sulit diwujudkan dari sebuah proses yang tidak berkualitas. Bahkan bisa saja tidak mungkin. Untuk itu, sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan, dalam waktu dekat Pemkab Bengkalis akan mengirimkan sejumlah guru ke negeri Kincir Angin, Belanda. Tujuannya agar suatu saat nanti, pendidikan di daerah ini dapat setara dengan negara tetangga.

Demikian dikatakan Bupati Bengkalis, H Syamsurizal, ketika memberikan pengarahan pada kegiatan sosialisasi kerjasama bidang pendidikan antara Pemkab Bengkalis dengan Universitas Brawijaya, Malang. Kegiatan sosialisasi yang dihadiri guru dan praktisi pendidikan di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini, dilaksanakan di ruang rapat lantai IV Kantor Bupati Bengkalis, Kamis (8/1).

“Saya sudah menerima surat kepastian rencana pengiriman mereka ke Belanda. Insya Allah, jika tidak ada kendala, mereka yang terpilih akan bertolak ke Belanda pada April 2009 ini,” kata Syamsurizal.

Pengiriman guru ke Belanda tersebut, kata Syamsurizal, merupakan sebagian dari program Pemkab Bengkalis dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. “Selain itu, banyak program-program lainnya. Baik yang telah terealisasi, maupun yang akan dilaksanakan. Termasuk kerja sama dengan Universitas Brawijaya,” katanya.

Dikatakannya, bagi Pemkab Bengkalis, meningkatkan kualitas pendidikan merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Bercermin ke negara tetangga, Malaysia misalnya, pendidikan yang berkualitas dalam jangka panjang akan berdampak bagi kemajuan bangsa.

Mengenai Indonesia, Syamsurizal menjelaskan, sebenarnya sudah berbuat banyak. Namun, karena negara Inonesia cukup luas, apa yang telah diperbuat itu belum menampakkah hasil yang optimal.

Belajar dari pengalaman Malaysia, maka komitmen dalam meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten Bengkalis tidak hanya cukup dilakukan oleh Pemkab Bengkalis saja. Tetapi juga, katanya, perlu dukungan yang terus menerus dari para pelaku pendidikan. Tanpa adanya dukungan itu, apa yang dilakukan oleh Pemkab Bengkalis akan sulit tercapai. Bahkan tidak mustahil semuanya akan berakhir dengan sia-sia.

“Ke depan, kita sudah merencanakan untuk mendirikan Universitas Bengkalis. Rencana besar ini, butuh dukungan semua pihak. Mudah-mudahan, apa yang kita rencanakan ini dapat mempercepat terwujudnya sumberdaya manusia yang handal sesuai dengan visi Kabupaten Bengkalis,” jelasnya.

Memang, meskipun hingga saat ini sejumlah kebijakan telah dilakukan, berbagai bantuan dan kemudahan telah diberikan, namun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis tidak pernah berhenti dan merasa puas. Sebaliknya, berbagai upaya terus dilakukan agar para lulusan SLTA di daerah ini dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Termasuk rencana untuk mendirikan Universitas Bengkalis tersebut.

Tujuan pendirian universitas itu, katanya, untuk memberi kesempatan bagi para lulusan SLTA yang disebabkan berbagai faktor, seperti faktor ekonomi, tidak memungkinkan melanjutkan pendidikan tinggi ke tempat lain di luar Kabupaten Bengkalis.

“Dengan berdirinya Universitas Bengkalis itu nantinya, para lulusan SLTA yang karena berbagai faktor tersebut tidak dapat melanjutkan pendidikan ke luar daerah, serta belum dapat tertampung di sejumlah perguruan tinggi yang saat ini telah ada di Kabupaten Bengkalis, dapat ditampung Universitas Bengkalis,” kata Syamsurizal.

Dalam kesempatan sosialisasi itu, turut hadir Direktur SEAMOLEC (Southeast Asian Minister of Education Organization Regional Open Learning Centre), Gatot Hari Priowirjanto.

Gatot menjelaskan bahwa SEAMOLEC merupakan salah satu pusat yang didirikan SEAMEO pada tanggal 27 Februari 1997. Tugas utama SEAMOLEC adalah membantu berbagai institusi dan negara, terutama di Asia Tenggara, dalam mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah pendidikan.

Kemudian, menemukan solusi alternatif melalui pemanfaatan pendidikan jarak jauh (PJJ) terutama yang berbasis TIK. “Kegiatan SEAMOLEC meliputi pemberdayaan institusi pendidikan dalam pengembangan PJJ yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi melalui penelitian dan pengembangan, pelatihan, konsultasi, dan penyediaan jaringan tenaga ahli di bidang PJJ yang berbasis TIK,” kata Gatot.