Bengkalis – Mengajarkan Al Qur'an dengan cara yang baik, tidak hanya membuat anak mencintaiya, tetapi juga meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat dan memahaminya. Sesuai fase perkembangannya, agar seorang anak dapat cepat memahaminya, selain praktis, maka cara mengajarkannya pun mesti dilakukan dengan cara-cara yang praktis dan mengasyikan.
Untuk itu dan dalam rangka membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan tenaga pendidik tentang bagaimana cara praktis membantu anak belajar dan memahami Al Qur'an dengan kreatif dan mengasyikan, Kamis (29/1), Gabung Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Bengkalis, menggelar seminar sehari tentang hal tersebut.
Seminar yang baru pertama kali dilaksanakan tersebut, dibuka secara resmi Ketua GOW , Ny Hj Hera Triwahyuni Riza. Kegiatan yang diikuti hampir 200 tenaga pendidik dan pengurus organisasi wanita tersebut, dilaksanakan di Aula Terubuk Badan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Bengkalis. Sedangkan nara sumbernya dari tim Pelangi Mizan Bandung .
Dikatakan Hera, melalui seminar ini, para peserta diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan-perkembangan baru tentang bagaimana metode dan media pembelajaran Al Qur’an yang praktis dengan hasil yang maksimal.
“Khususnya bagi anak-anak usia dini. Karena masa kanak-kanak merupakan fase yang paling subur untuk melakukan pembinaan keilmuan dan pemikiran”, kata Hera didampingi sejumlah pengurus GOW di sela-sela meninjau pameran buku-buku Islami di tempat seminar dilaksanakan.
Pada bagian lain, kepada para orang tua di daerah ini, Hera mengingatkan, bahwa mengajarkan Al Qur’an adalah salah satu dasar pendidikan Islam. Dikatakannya, anak-anak yang memperoleh pembelajaran Al Qur’an dengan baik sejak dini, akan tumbuh berdasarkan fitrah yang baik dan hati mereka dituntun oleh hikmah. Sehingga mampu membendung polusi kesesatan dan keruhnya kemaksiatan.
Masih kata isteri Ketua DPRD Bengkalis ini, mempelajari Al qur’an dapat memberikan pengaruh baik terhadap diri seseorang. Bagi seorang anak, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan menggunakan metode dan cara yang bisa membuat anak mencintai dan semakin mencintai Al Qur’an.
Mengajarkannya dengan cara yang baik, katanya, tidak hanya membuat anak menjadi cinta terhadap Al Qur’an tetapi juga meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat dan memahaminya. Kemudian, akan terbentuk pemahaman anak bahwa menghafal Al Qur’an adalah amal dan perbuatan yang mulia.
Hal ini perlu dilakukan, kata Hera lagi, karena menghafal Al Qur’an tanpa didasari cinta tidak akan membuahkan apa-apa. Sebaliknya bahwa mencintai Al Qur’an dibarengi dengan menghafalnya, akan membentuk prilaku mulia dan beradab pada anak.
“Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kecintaan anak terhadap Al Qur’an sebelum memulai menghafalnya sejak dini. Dalam hal ini peran orang tua sangat besar. Melalui seminar ini diharapkan peran tersebut dapat semakin dimaksimalkan”, harap Hera.
Sementara itu, sebagai salah satu nara sumber dari tim Pelangi Mizan, Irfan Amalee mejelaskan, peran orang tua untuk menumbuhkan kecintaan anak terhadap Al Quran sangat besar. Karena orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak.
Agar seorang anak mau membaca dan mempelajari Al Quran, kata Irfan, maka proses untuk itu harus dibuat menyenangkan bagi si anak. ”Apabila tidak menarik anak akan sulit untuk terdorong membaca dan mempelajarinya”, katanya.
Menurut Irfan, ada tiga prinsip sederhana dalam dunia anak. Yaitu 3B (bermain, bernyanyi dan bercerita. Dengan 3B ini, seorang anak akan secara sukarela dan senang hari melakukan segala sesuatu.
Ditambahkannya, daya konsentrasi anak berbanding lurus dengan usianya. Anak usia 5 tahun bisa berkonsentrasi selama lima menit, anak usia 6 tahun 6 menit dan seterusnya.
”Untuk memelihara dan meningkatkan konsentrasi itu, diperlukan stimulan dan metode yang menyenangkan. Prinsip-prinsip tersebut juga harus digunakan mendampingi seorang anak dalam membaca dan mempelajari Al Qur’an”, kata Irfan.
Untuk itu dan dalam rangka membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan tenaga pendidik tentang bagaimana cara praktis membantu anak belajar dan memahami Al Qur'an dengan kreatif dan mengasyikan, Kamis (29/1), Gabung Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Bengkalis, menggelar seminar sehari tentang hal tersebut.
Seminar yang baru pertama kali dilaksanakan tersebut, dibuka secara resmi Ketua GOW , Ny Hj Hera Triwahyuni Riza. Kegiatan yang diikuti hampir 200 tenaga pendidik dan pengurus organisasi wanita tersebut, dilaksanakan di Aula Terubuk Badan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Bengkalis. Sedangkan nara sumbernya dari tim Pelangi Mizan Bandung .
Dikatakan Hera, melalui seminar ini, para peserta diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan-perkembangan baru tentang bagaimana metode dan media pembelajaran Al Qur’an yang praktis dengan hasil yang maksimal.
“Khususnya bagi anak-anak usia dini. Karena masa kanak-kanak merupakan fase yang paling subur untuk melakukan pembinaan keilmuan dan pemikiran”, kata Hera didampingi sejumlah pengurus GOW di sela-sela meninjau pameran buku-buku Islami di tempat seminar dilaksanakan.
Pada bagian lain, kepada para orang tua di daerah ini, Hera mengingatkan, bahwa mengajarkan Al Qur’an adalah salah satu dasar pendidikan Islam. Dikatakannya, anak-anak yang memperoleh pembelajaran Al Qur’an dengan baik sejak dini, akan tumbuh berdasarkan fitrah yang baik dan hati mereka dituntun oleh hikmah. Sehingga mampu membendung polusi kesesatan dan keruhnya kemaksiatan.
Masih kata isteri Ketua DPRD Bengkalis ini, mempelajari Al qur’an dapat memberikan pengaruh baik terhadap diri seseorang. Bagi seorang anak, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan menggunakan metode dan cara yang bisa membuat anak mencintai dan semakin mencintai Al Qur’an.
Mengajarkannya dengan cara yang baik, katanya, tidak hanya membuat anak menjadi cinta terhadap Al Qur’an tetapi juga meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat dan memahaminya. Kemudian, akan terbentuk pemahaman anak bahwa menghafal Al Qur’an adalah amal dan perbuatan yang mulia.
Hal ini perlu dilakukan, kata Hera lagi, karena menghafal Al Qur’an tanpa didasari cinta tidak akan membuahkan apa-apa. Sebaliknya bahwa mencintai Al Qur’an dibarengi dengan menghafalnya, akan membentuk prilaku mulia dan beradab pada anak.
“Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kecintaan anak terhadap Al Qur’an sebelum memulai menghafalnya sejak dini. Dalam hal ini peran orang tua sangat besar. Melalui seminar ini diharapkan peran tersebut dapat semakin dimaksimalkan”, harap Hera.
Sementara itu, sebagai salah satu nara sumber dari tim Pelangi Mizan, Irfan Amalee mejelaskan, peran orang tua untuk menumbuhkan kecintaan anak terhadap Al Quran sangat besar. Karena orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak.
Agar seorang anak mau membaca dan mempelajari Al Quran, kata Irfan, maka proses untuk itu harus dibuat menyenangkan bagi si anak. ”Apabila tidak menarik anak akan sulit untuk terdorong membaca dan mempelajarinya”, katanya.
Menurut Irfan, ada tiga prinsip sederhana dalam dunia anak. Yaitu 3B (bermain, bernyanyi dan bercerita. Dengan 3B ini, seorang anak akan secara sukarela dan senang hari melakukan segala sesuatu.
Ditambahkannya, daya konsentrasi anak berbanding lurus dengan usianya. Anak usia 5 tahun bisa berkonsentrasi selama lima menit, anak usia 6 tahun 6 menit dan seterusnya.
”Untuk memelihara dan meningkatkan konsentrasi itu, diperlukan stimulan dan metode yang menyenangkan. Prinsip-prinsip tersebut juga harus digunakan mendampingi seorang anak dalam membaca dan mempelajari Al Qur’an”, kata Irfan.