BENGKALIS - Seorang tenaga pendidik atau guru dituntut untuk membiasakan budaya menulis. Sebab, menulis merupakan salah satu syarat mutlak untuk kenaikan pangkat.“Suka tidak suka, mau tidak mau, seorang guru harus membiasakan menulis. Karena kebiasaan menulis sejak dini, membuat guru akan semakin percaya diri bagi saat menghadapi kewajiban menulis karya ilmiah,” ungkap Asisten III Setda Bengkalis Herdi Salioso saat membuka Diklat karya tulis ilmiah bagi guru di Gedung Diklat dikutip dari release Humas Setda Bengkalis, Selasa (2/12/14).
Herdi mengatakan, sebenarnya seorang guru punya banyak kesempatan untuk menulis. Misalnya menulis tentang profesi dan suka duka menjadi seorang guru, maupun serba serbi kehidupan guru. Tapi sayangnya, sejauh ini hanya segelintir guru yang punya kemauan untuk menulis tentang pengalamannya.Berdasarkan Permen PAN RB Nomor 1/ 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, seorang guru golongn III/b untuk naik pangkat wajib membuat karya tulis ilmiah.
“Kalau melihat dari ketentuan ini, guru harus membekali diri dengan budaya menulis. Jika tidak, maka guru akan sulit untuk naik pangkat. Oleh karena saya mendorong, para guru untuk mengasah kemampuan menulis,” tegas Herdi.Untuk menjadi penulis, seorang guru jangan pernah malu menuangkan segala pengalaman profesinya dalam sebuah tulisan.
Agar kemampuan menulis yang dimiliki semakin terasah, hendaknya kebiasaan menulis dimulai dari hal-hal terkecil.
“Apalagi, selama ini, guru selalu bergulat dengan tulis menulis. Hanya saja, kebiasaan menulis itu, sebatas dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru yang memiliki kemauan menulis tentang hal-hal di sekitarnya, masih sedikit,” ujar Herdi.
Perkembangan teknologi dan informasi, yang ditandai dengan banyaknya bermunculan media masa dan elektronik, memberikan banyak ruang dan kesempatan bagi guru untuk menulis. Setiap tulisan, bisa dikirimkan ke media masa atau website bahkan bisa di-upload sendiri di media sosial.
“Rubrik atau kolom opini yang disedikan media masa maupun elektronik, harus dimanfaatkan bagi guru dalam berekspresi dengan tulisan,” ungkap Asisten III.Sementara itu Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Bengkalis, T. Zainuddin berharap melalui pelatihan ini mampu memberikan motivasi bagi guru untuk membudayakan menulis.Jumlah peserta yang mengikuti Diklat karya tulis ilmiah ini sebanyak 40 orang terdiri dari kepala sekolah dan guru se-Kabupaten Bengkalis. Kegiatan berlangsung selama lima hari dari tanggal 2 hingga 6 Desember 2014.***(dik)/Riauterkini
Teks Foto : Asisten III Setda Bengkalis Herdi Salioso menyematkan tanda peserta Diklat Karya Tulis, Selasa (2/12/14).
Herdi mengatakan, sebenarnya seorang guru punya banyak kesempatan untuk menulis. Misalnya menulis tentang profesi dan suka duka menjadi seorang guru, maupun serba serbi kehidupan guru. Tapi sayangnya, sejauh ini hanya segelintir guru yang punya kemauan untuk menulis tentang pengalamannya.Berdasarkan Permen PAN RB Nomor 1/ 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, seorang guru golongn III/b untuk naik pangkat wajib membuat karya tulis ilmiah.
“Kalau melihat dari ketentuan ini, guru harus membekali diri dengan budaya menulis. Jika tidak, maka guru akan sulit untuk naik pangkat. Oleh karena saya mendorong, para guru untuk mengasah kemampuan menulis,” tegas Herdi.Untuk menjadi penulis, seorang guru jangan pernah malu menuangkan segala pengalaman profesinya dalam sebuah tulisan.
Agar kemampuan menulis yang dimiliki semakin terasah, hendaknya kebiasaan menulis dimulai dari hal-hal terkecil.
“Apalagi, selama ini, guru selalu bergulat dengan tulis menulis. Hanya saja, kebiasaan menulis itu, sebatas dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru yang memiliki kemauan menulis tentang hal-hal di sekitarnya, masih sedikit,” ujar Herdi.
Perkembangan teknologi dan informasi, yang ditandai dengan banyaknya bermunculan media masa dan elektronik, memberikan banyak ruang dan kesempatan bagi guru untuk menulis. Setiap tulisan, bisa dikirimkan ke media masa atau website bahkan bisa di-upload sendiri di media sosial.
“Rubrik atau kolom opini yang disedikan media masa maupun elektronik, harus dimanfaatkan bagi guru dalam berekspresi dengan tulisan,” ungkap Asisten III.Sementara itu Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Bengkalis, T. Zainuddin berharap melalui pelatihan ini mampu memberikan motivasi bagi guru untuk membudayakan menulis.Jumlah peserta yang mengikuti Diklat karya tulis ilmiah ini sebanyak 40 orang terdiri dari kepala sekolah dan guru se-Kabupaten Bengkalis. Kegiatan berlangsung selama lima hari dari tanggal 2 hingga 6 Desember 2014.***(dik)/Riauterkini
Teks Foto : Asisten III Setda Bengkalis Herdi Salioso menyematkan tanda peserta Diklat Karya Tulis, Selasa (2/12/14).