SIAK KECIL - Wakil Bupati Bagus Santoso melakukan kunjungan spontan menemui warga eks transmigrasi Desa Sadar Jaya Kecamatan Siak Kecil sebagai respon cepat Pemerintah terkait kemunculan satwa endemik harimau yang meresahkan masyarakat.
Kedatangan Bagus Santoso disambut gembira Kades Slamet Widodo lengkap beserta aparat desa dan warga. Pada kesempatan tersebut langsung diadakan pertemuan bersama Plt Kepala Balai Besar KSDA Riau Hartono dengan menggunakan perangkat video call (VC) yang bisa langsung dilihat dan didengarkan seluruh warga yang hadir di ruang rapat Kantor Desa Sadar Jaya, Rabu pagi 6 Jui 2022.
“Mari bersama kita ambil langkah yang terarah terhadap munculnya Mbahe (baca; Harimau). Tetap tenang dan kita ikuti arahan dari BB KSDA” kata Wabup didampingi Isterinya Hj Siti Aisyah Ketua TP PKK Kabupaten Bengkalis.
Plt Kepala Balai Besar KSDA Riau Hartono kepada warga menghimbau agar tetap waspada dengan cara setiap melakukan aktifitas dengan berkelompok. Disamping itu hewan ternak harus dikandangkan.
“Usahakan jangan sendirian dan kandangkan hewan ternak karena itu dapat memancing datangnya Harimau,” kata Hartono.
Hartono juga menyampaikan pihaknya dari KSDA telah memasang kamera di sejumlah lokasi untuk memastikan keberadaan Harimau. Sekaligus untuk mengambil langkah berikutnya baik untuk keselamatan warga maupun keberadaan satwa endemik jenis harimau yang dilindungi.
Hartono juga menghimbau kepada warga untuk tidak anarkis dengan memasang jerat.
"Mari kita sama sama saling menjaga agar tak terulang kembali matinya harimau di Bandar Laksamana. Tolong jangan pasang jerat yang akan berakibat luka sampai matinya harimau. Kami akan datang untuk ketenangan masyarakat dan juga keberlangsungan Harimau” imbuhnya.
Kades Slamet Widodo mengakui warganya resah tidak tenang beraktititas. Karena temuan jejak harimau nyata adanya. Bahkan warga ada yang nampak dan mendengar suaranya.
“Terus terang kami tak tenang, tapi kami tetap jalankan aktifitas seperti arahan dari Balai Besar KSDA” kata Kades.
Kemunculan harimau dan warga lebih senang memanggilnya dengan sebutan “Mbahe” karena tetap rasa hormat kepada Raja Hutan ditandai dengan heningnya desa diantaranya tidak ada suara burung, monyet menghilang. Kemunculan Mbahe juga dijadikan peringatan bagi warga untuk berbuat kebaikan dan menjauhi pantang larang.
Warga berterima kasih atas perhatian pemerintah khususnya Balai Besar KSDA Riau yang telah mengambil langkah langkah sesui dengan tugas pokok dan fungsinya. Semoga “Mbahe” tidak datang lagi. #DISKOMINFOTIK