BENGKALIS- Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis berpotensi untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata, terlebih setelah terpilihnya Hutan Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GBK-BB) sebagai salah satu dari 7 Cagar Biosfer Indonesia pada tahun Mei 2009 ini oleh lembaga dunia UNESCO.
Dengan kucuran dana sekitar Rp 300 miliar, hutan rawa gambut Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil seluas 84.967 hektare dan Suaka Margasatwa Bukit Batu seluas 21.500 hektare merupakan bagian dari regional hutan Sumatera yang memiliki 159 jenis burung, 10 jenis mamalia, 13 jenis ikan, 8 jenis reptil berikut 52 jenis tumbuhan langka dan dilindungi.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Kadis Budparpora) Bengkalis, H Eduar mengatakan suatu kebanggan bagi Kabupaten Bengkalis khususnya Kecamatan Bukit Batu, karena memiliki Desa wisata Hutan Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GBK-BB) yang namanya sangat dikenal di seluruh penjuru dunia.
Selanjutnya, kata Eduar, objek wisata yang memiliki nilai sejarah yakni Rumah dan Makam Datuk Laksamana Raja di Laut. Mungkin hampir sebagian besar rakyat Indonesia pasti pernah mendengar lagu Iyeth Bustami Datuk Lakamana Raja di Laut.
Datuk Laksamana merupakan gelar sekaligus titah dari Kerajaan Siak untuk menjaga keamanan di pesisir pulau berbatasan dengan selat Malaka ini. Konon Datuk/Encik Ibrahim merupakan Datuk Laksamana Raja Di Laut I yang berkuasa pada tahun 1767 M-1807 M.
Ada empat datuk yang memerintah di Bukit Batu, tiga penerusnya adalah Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh dan Datuk Ali Akbar. Mereka digelari Datuk Laksamana II sampai IV.
Rumah Datuk Laksamana Dilaut IV, Datuk Ali Akbar terletak Di Desa Sukajadi, sekitar 35 kilometer dari Kota Sungai Pakning. Rumah peninggalan ini berbentuk panggung. Sekilas terlihat seperti rumah adat/ rumah tradisi di Kepulauan Riau.
Berbentuk panggung dengan motif-motif melayu dibeberapa ornamen bangunannya. Banyak kisah-kisah mistis yang diungkapkan oleh warga setempat, terutama harimau jadian, buaya penunggu dan lain-lain. Ini terkait sumpah selama 100 tahun yang keramat. Nilai mistisnya ini menjadi penarik sekaligus faktor hambat bagi sebagian orang yang penasaran dengan makam Datuk Laksamana Raja Di Laut.
Tidak jauh dari rumah Datuk Laksamana Raja di Laut, akan terlihat dua makam Datuk penguasa laut. Yakni Datuk Laksamana III dan Datuk Laksamana IV. Kedua Makam ini terletak di belakang Masjid Jami Al haq. Mesjid tua peningggalan para Datuk ini dulunya.
Tidak hanya itu, tambah Kadis Budparpora kepada GoRiau.com, Kecamatan Bukit Batu juga masih memiliki lagi objek wisata bidang kerajinan. Salah satu budaya rakyat Bukit Batu adalah kerajinan tenun Songket yang menjadi ciri khas kerajaan Siak tempo dulu.
Sementara dari sisi wisata baharinya, ada dua pantai indah di Kecamatan Bukit Batu ini. Pertama pantai Desa Sepahat dan Pantai Desa Tenggayun yang memiliki pantai bibir sepanjang 27 kilometer ini juga akan dikembangkan oleh Pemkab Bengkalis sebagai destinasi wisata bahari.
"Untuk mengembangkan objek wisata di Kecamatan Bukit Batu ini tidak hanya tugas pemerintah semata. Masyarakat setempat juga harus memiliki tekat dan peran yang sama untuk mempromosikan tempat-tempat wisata ini. Seni dan budaya lokal yang diimiliki, harus terus dikembangkan dan dilestarikan sebagai bagian yang tak terpisahkan untuk pengembangan objek wisata ini. Apalagi Kecamatan Bukit Batu ini sudah terkenal kemana-mana lewat lagu Laksamana Raja Dilaut," harapnya.(*/rha)/GoRiau
Teks Photo : Pohon Meranti di hutan Bukit Batu sebagai tempat Sarang Burung Punai yang khas dan rumah serta makam Laksamana Raja di Laut (Foto, Disbudparpora Bengkalis)
Dengan kucuran dana sekitar Rp 300 miliar, hutan rawa gambut Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil seluas 84.967 hektare dan Suaka Margasatwa Bukit Batu seluas 21.500 hektare merupakan bagian dari regional hutan Sumatera yang memiliki 159 jenis burung, 10 jenis mamalia, 13 jenis ikan, 8 jenis reptil berikut 52 jenis tumbuhan langka dan dilindungi.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Kadis Budparpora) Bengkalis, H Eduar mengatakan suatu kebanggan bagi Kabupaten Bengkalis khususnya Kecamatan Bukit Batu, karena memiliki Desa wisata Hutan Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GBK-BB) yang namanya sangat dikenal di seluruh penjuru dunia.
Selanjutnya, kata Eduar, objek wisata yang memiliki nilai sejarah yakni Rumah dan Makam Datuk Laksamana Raja di Laut. Mungkin hampir sebagian besar rakyat Indonesia pasti pernah mendengar lagu Iyeth Bustami Datuk Lakamana Raja di Laut.
Datuk Laksamana merupakan gelar sekaligus titah dari Kerajaan Siak untuk menjaga keamanan di pesisir pulau berbatasan dengan selat Malaka ini. Konon Datuk/Encik Ibrahim merupakan Datuk Laksamana Raja Di Laut I yang berkuasa pada tahun 1767 M-1807 M.
Ada empat datuk yang memerintah di Bukit Batu, tiga penerusnya adalah Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh dan Datuk Ali Akbar. Mereka digelari Datuk Laksamana II sampai IV.
Rumah Datuk Laksamana Dilaut IV, Datuk Ali Akbar terletak Di Desa Sukajadi, sekitar 35 kilometer dari Kota Sungai Pakning. Rumah peninggalan ini berbentuk panggung. Sekilas terlihat seperti rumah adat/ rumah tradisi di Kepulauan Riau.
Berbentuk panggung dengan motif-motif melayu dibeberapa ornamen bangunannya. Banyak kisah-kisah mistis yang diungkapkan oleh warga setempat, terutama harimau jadian, buaya penunggu dan lain-lain. Ini terkait sumpah selama 100 tahun yang keramat. Nilai mistisnya ini menjadi penarik sekaligus faktor hambat bagi sebagian orang yang penasaran dengan makam Datuk Laksamana Raja Di Laut.
Tidak jauh dari rumah Datuk Laksamana Raja di Laut, akan terlihat dua makam Datuk penguasa laut. Yakni Datuk Laksamana III dan Datuk Laksamana IV. Kedua Makam ini terletak di belakang Masjid Jami Al haq. Mesjid tua peningggalan para Datuk ini dulunya.
Tidak hanya itu, tambah Kadis Budparpora kepada GoRiau.com, Kecamatan Bukit Batu juga masih memiliki lagi objek wisata bidang kerajinan. Salah satu budaya rakyat Bukit Batu adalah kerajinan tenun Songket yang menjadi ciri khas kerajaan Siak tempo dulu.
Sementara dari sisi wisata baharinya, ada dua pantai indah di Kecamatan Bukit Batu ini. Pertama pantai Desa Sepahat dan Pantai Desa Tenggayun yang memiliki pantai bibir sepanjang 27 kilometer ini juga akan dikembangkan oleh Pemkab Bengkalis sebagai destinasi wisata bahari.
"Untuk mengembangkan objek wisata di Kecamatan Bukit Batu ini tidak hanya tugas pemerintah semata. Masyarakat setempat juga harus memiliki tekat dan peran yang sama untuk mempromosikan tempat-tempat wisata ini. Seni dan budaya lokal yang diimiliki, harus terus dikembangkan dan dilestarikan sebagai bagian yang tak terpisahkan untuk pengembangan objek wisata ini. Apalagi Kecamatan Bukit Batu ini sudah terkenal kemana-mana lewat lagu Laksamana Raja Dilaut," harapnya.(*/rha)/GoRiau
Teks Photo : Pohon Meranti di hutan Bukit Batu sebagai tempat Sarang Burung Punai yang khas dan rumah serta makam Laksamana Raja di Laut (Foto, Disbudparpora Bengkalis)