Keslimasy Gelar FGD, Bahas Dampak Ekologi, Sosial Ekonomi dan Kearifan Lokal Hutan Mangrove Terhadap Masyarakat Pesisir

icon   Pada 2 November 2021 Bagikan ke :

BENGKALIS – Kelompok Study lingkungan dan Masyarakat (Keslimasy) menggelar Focus Group Discussion (FGD) membahas dampak hutan mangrove terhadap ekologi, sosial ekonomi dan kearifan lokal masyarakat pesisir. 

FGD dilaksanakan di lantai dua ruang rapat Kantor BAPPEDA Bengkalis, Jumat, 29 Oktober 2021.

Ketua Keslimasy, Muhammad Iskandar mengatakan, FGD merupakan bagian penting dari tahapan kajian sebelum finalisasi naskah dengan meminta masukan dari beberapa pihak terkait isu pengelolaan dan perlindungan mangrove di Kecamatan Bantan.

Sedangkan Tenaga Ahli yang juga Penasehat Umum Keslimasy Hendra Saputra, menyampaikan hasil dokumen kajian ini akan disinergikan dengan data pencitraan udara, luasan mangrove dan kondisi abrasi yang ada di Kecamatan Bantan agar dokumen ini bisa menjadi acuan pembangunan kawasan pesisir berkelanjutan khusunya di pulau Bengkalis, Kecamatan Bantan.

“Dari beberapa penelitian yang telah kami lakukan di Kecamatan Bantan, kami dampingi kajian Keslimasy agar mampu memberikan rekomendasi yang dibutuhkan pemerintah dalam membangun tata kelola perlindungan dan pengelolaan Kawasan di Kecamatan Bantan," ungkap Miswadi, Tenaga Ahli, yang juga aktif di Mangrove Research Institute MRI.

Wakil Koordinator Jikalahari, Okto Yugo menyebut, kajian yang dilakukan Jikalahari bersama Keslimasy ini merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam akselerasi restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove. Apalagi Bengkalis memiliki MOU dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove.

"Selain di Bengkalis, kajian terkait mangrove juga kita laksanakan di Indragiri Hilir bersama lembaga Bangun Desa Payung Negeri," ungkap Okto.

Kajian ini mendapat dukungan dan harapan dari perwakilan perangkat daerah yang ikut dalam FGD.

"Kami berharap kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan lagi terutama di lokasi-lokasi yang secara prioritas perlu dilakukan penanganan secepatnya," kata Kabid Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah BAPPEDA, Rahmah Wati Putri.

“DLH mendukung kajian ini. "kami sangat terbantu dengan adanya kajian yang telah dilakukan, untuk melengkapi data yang belum dimiliki oleh instansi kami," kata Kasi Kerusakan Lingkungan Bidang Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Mira Aprianti.

“Kami berharap dengan kajian ini bisa memberikan dampak kesadaran bagi semua kalangan dalam pelestarian lingkungan, karena dari hasil yang dipaparkan sejalan dengan pendampingan ekowisata di Kecamatan Bantan diantaranya Desa Selat Baru, Desa Berancah dan Desa Mentayan. Kami juga membentuk dan mendampingi Kelompok Sadar Wisata POKDARWIS” kata Kepala UPT Kecamatan Bantan, Candra Kusuma.

Selain perwakilan Perangkat Daerah, FGD ini juga diikuti Jikalahari, Tenaga Ahli, Brimapala Sungkai Fakultas Pertanian Universitas Riau, Mapala Humendala Fakultas Ekonomi Universitas Riau Dan Mahasiswa Pecinta Alam Laksamana Politeknik Negeri Bengkalis.#DISKOMINFOTIK