Khatib Sholat Idul Fitri 1431 H oleh Wakil Bupati Bengkalis

icon   Pada 26 September 2011 Bagikan ke :
13-September-2010

Bengkalis – Ibadah Ramadhan yang salah satunya adalah menunaikan ibadah puasa, memberikan nilai pembinaan yang amat mendalam. Yakni mengokohkan dan memantapkan ketaqwaan kepada Allah SWT, sesuatu yang amat kita butuhkan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

“Agar pencapaian peningkatan taqwa bisa kita raih dan dapat buktikan dalam kehidupan sehari-hari, menjadi penting bagi kita memahami hakikat taqwa yang sesungguhnya,” tegas Wakil Bupati Bengkalis, Suayatno.

Hal itu disampaikannya ketika menjadi khatib sholat Idul Fitri 1431 H tingkat Kabupaten Bengkalis. Sholat yang dilaksanakan di lapangan Tugu Bengkalis, Jum’at (10/9) lalu itu, selain dihadiri Bupati H Herliyan Saleh, juga diikuti ribuan umat Islam dari berbagai desa/kelurahan di kota Bengkalis dan sekitarnya.

Suayatno mengatakan, ada empat hakikat taqwa yang harus ada pada diri setiap umat Islam yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam melaksanakan ibadah Ramadhan. Yaitu, takut kepada Allah, senantiasa mengkaji Al Qur’an dan Al Hadist, mempersiapan diri untuk akhirat dan selalu ridha dan menerima apa yang diperolehnya meskipun jumlahnya sedikit.

Dikatakan Suayatno, takut kepada Allah SWT, bukan seperti takut kepada binatang puas. “Takut kepada Allah SWT adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya, sehingga seseorang senantiasa menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan mendatangkan murka, siksa dan azab dari-Nya,” pesanya.

Kata Suayatno lagi, orang yang takut kepada Allah SWT tidak akan melakukan penyimpangan dari segala ketentuan-Nya. Namun sebagai manusia biasa, seseorang mngkin saja melakukan kesalahan. Tapi, bila itu dilakukannya, dia segera bertobat kepada-Nya dan meminta maaf kepada orang yang dia bersalah kepadanya.

“Bahkan bila ada hak orang lain yang diambilnya, dia mau mengembalikannya. Yang lebih hebat lagi, bila kesalahan yang dilakukannya ada jenis hukumannya, iapun bersedia dan bahkan minta dihukum, tidak menghindar dari hukuman,” tegasnya.

Selanjutnya, katanya, orang yang bertaqwa selalu beramal atau melakukan segala sesuatu berdasarkan Al Qur’an dan sunnah Rasulullah. Melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya.

“Dalam konteks ini, kita hendaknya harus selalu mengkaji Al Qur’an dan Hadits. Bagaimana mungkin kita akan beramal sesuai dengan keduanya, bila memahaminya saja tidak bisa. Bagaimana kita bisa memahaminya bila membaca dan tidak mengkajinya,” ujar Suayatno.

Suayatno mengingatkan, mati adalah sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang. Namun hal itu sesuai dengan keyakinan umat Islam, bukanlah akhir dari segalanya. Tapi justru merupakan awal dari kehidupan baru, yakni kehidupan akhirat.

“Kebahagiaan hidup di akhirat sangat tergantung pada keimanan dan amal shaleh seseorang di dunia yang fana ini. Orang yang bertaqwa akan selalu mempersiapkan dirinya dalam kehidupan di dunia yang fana ini untuk kebahagian kehidupan di akhirat,” jelasnya.

Keempat, kata Suayatno, orang yang bertaqwa itu selalu ridha dan menerima apaya yang diperolehnya meskipun jumlahnya sedikit. Orang yang bertaqwa senantiasa akan memenuhi kekurangan dari sesuatu yang didapatkannya itu dengan cara yang halal.

“Korupsi yang menjadi penyakit bangsa kita hingga sekarang ini, karena tidak ada sikap ridha menerima yang menjadi haknya. Akibatnya, ia masih saja mengambil hak orang lain dengan cara yang tidak halal,” tegasnya.

Suayatno juga mengatakan, sikap ridha dalam menerima akan membuat seseorang bersyukur. Orang yang bersyukur akan memperoleh rezeki dalam jumlah yang lebih banyak.

“Meskipun jumlahnya belum banyak, rasa syukur akan membuat kita merasakan sesuatu yang sedikit itu terasa seperti banyak dan dapat merasakan manfaatnya. Bahkan manfaat tersebut bukan hanya kita sendiri yang dapat merasakannya, tetapi juga keluarga dan orang lain,” kata Suayatno.

sumber bagian humas