26-October-2010
BENGKALIS - Komisi IV DPRD Bengkalis, Selasa (26/10) kemarin melakukan inspeksi mendadak ke RSUD Bengkalis. Sidak tersebut sebagai tindak lanjut dari sejumlah informasi yang diterima komisi IV. Antara lain soal mogoknya perawat, persoalan kebersihan kamar pasien, kurangnya dokter spesialis dan berbagai persoalan lainnya.
Pantauan di RSUD, sidak yang dipimpin ketua komisi IV, H Rahman Jantan tersebut tiba di RSUD sekitar pukul 09.30 Wib. Selain Rahman, tampak hadir, wakil ketua komisi IV, Rismayeni S.Pd, Iskandar Budiman (sekretaris), H Fidel Puadi, Sofyan, H Arwan serta Rosmawati (anggota).
Sejumlah anggota dewan tersebut langsung menuju lantai 4 meninjau sejumlah kamar pasien didampingi sekretaris RSUD, H Dahen Tawakal. Selain bertemu bual dengan sejumlah pasien dan keluarga pasien yang menunggu di RSUD, para anggota desan tersebut juga melihat-lihat kondisi kamar pasien.
'Untuk kamar kelas III memang banyak kamar mandinya yang kotor dan terkesan tidak terawat, begitu pula dengan AC banyak yang rusak,' ujar Rahman ditemui di sela-sela melakukan sidak.
Rahman dan sejumlah anggota dewan juga meminta kepada para pasien untuk menyampaikan kondisi sebenarnya, terkait pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. 'Bapak tak usah takut, sampaikan apa adanya,' ujar Rahman kepada salah seorang pasien.
Selain itu, komisi IV juga menemukan kenyataan bahwa di rumah sakit megah tersebut ternyata tidak memiliki ruang NICU (ruang rawat anak), yang ada hanya ICU (ruang rawat dewasa). Padahal menurut H Fidel, ruang ICU dan NICU harus dipisahkan. 'Ini persoalan penting, ruang ICU itu khusus untuk pasien dewasa tidak bisa digabungkan dengan pasien anak-anak. Yang terjadi di RSUD kita selama ini, ruangan ICU juga digunakan untuk pasien anak-anak,' ungkap Fidel.
Terkait persoalan perawat yang sempat mogok sehari sebelumnya, kata Rahman komisi IV memang sudah mendengar persoalan itu, dan akan dibahas lebih lanjut dalam hearing mendatang. 'Sebetulnya masih persoalan lama, yakni terkait pembagian dana Jamkesmas. Nanti akan kita bahas lebih jauh saat hearing,' katanya.
Terkait aksi mogok tersebut juga dibenarkan oleh anggota komisi IV, Sofyan, informasi yang diterima, salah seorang pasien sempat tertunda untuk dilakukan operasi, karena sejumlah perawat mogok kerja.'Kebetulan ada keluarga saya yang menghubungi saya semalam, orang tuanya belum dioperasi karena perawat mogok,'terangnya.
Sebelumnya, sekretaris RSUD, H Dahen Tawakkal saat ditemui di ruang kerjanya mengatakan, aksi mogok perawat pembantu dokter (OK) tersebut, dipicu oleh rasa ketidakpuasan dalam pembagian dana Jamkesmas (beban kerja). Para perawat tersebut hanya menerima Rp 50 ribu selama enam bulan. Artinya dalam satu bulan mereka menerima tidak sampai Rp 10 ribu.
Sementara ada pegawai yang tidak terlibat langsung menangani pasien menerima jauh lebih besar dari itu. 'Saya sendiri menerima Rp 200 ribu lebih, padahal saya tidak terlibat langsung dalam penanganan pasien,' ungkap Dahen.
Terkait persoalan tersebut kata Dahen, pihaknya berinisiatif menggelar rapat, guna mendudukkan persoalan sebenarnya. 'Insyaallah sore ini kami menggelar rapat membahs persoalan ini, kami tidak ingin persoalan ini berkepanjangan dan berpangaruh terhadap pelayanan pasien. Untuk saat ini pelayanan rumah sakit tetap seperti biasa, tidak ada lagi aksi mogok,' kata Dahen.(Zul)
BENGKALIS - Komisi IV DPRD Bengkalis, Selasa (26/10) kemarin melakukan inspeksi mendadak ke RSUD Bengkalis. Sidak tersebut sebagai tindak lanjut dari sejumlah informasi yang diterima komisi IV. Antara lain soal mogoknya perawat, persoalan kebersihan kamar pasien, kurangnya dokter spesialis dan berbagai persoalan lainnya.
Pantauan di RSUD, sidak yang dipimpin ketua komisi IV, H Rahman Jantan tersebut tiba di RSUD sekitar pukul 09.30 Wib. Selain Rahman, tampak hadir, wakil ketua komisi IV, Rismayeni S.Pd, Iskandar Budiman (sekretaris), H Fidel Puadi, Sofyan, H Arwan serta Rosmawati (anggota).
Sejumlah anggota dewan tersebut langsung menuju lantai 4 meninjau sejumlah kamar pasien didampingi sekretaris RSUD, H Dahen Tawakal. Selain bertemu bual dengan sejumlah pasien dan keluarga pasien yang menunggu di RSUD, para anggota desan tersebut juga melihat-lihat kondisi kamar pasien.
'Untuk kamar kelas III memang banyak kamar mandinya yang kotor dan terkesan tidak terawat, begitu pula dengan AC banyak yang rusak,' ujar Rahman ditemui di sela-sela melakukan sidak.
Rahman dan sejumlah anggota dewan juga meminta kepada para pasien untuk menyampaikan kondisi sebenarnya, terkait pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. 'Bapak tak usah takut, sampaikan apa adanya,' ujar Rahman kepada salah seorang pasien.
Selain itu, komisi IV juga menemukan kenyataan bahwa di rumah sakit megah tersebut ternyata tidak memiliki ruang NICU (ruang rawat anak), yang ada hanya ICU (ruang rawat dewasa). Padahal menurut H Fidel, ruang ICU dan NICU harus dipisahkan. 'Ini persoalan penting, ruang ICU itu khusus untuk pasien dewasa tidak bisa digabungkan dengan pasien anak-anak. Yang terjadi di RSUD kita selama ini, ruangan ICU juga digunakan untuk pasien anak-anak,' ungkap Fidel.
Terkait persoalan perawat yang sempat mogok sehari sebelumnya, kata Rahman komisi IV memang sudah mendengar persoalan itu, dan akan dibahas lebih lanjut dalam hearing mendatang. 'Sebetulnya masih persoalan lama, yakni terkait pembagian dana Jamkesmas. Nanti akan kita bahas lebih jauh saat hearing,' katanya.
Terkait aksi mogok tersebut juga dibenarkan oleh anggota komisi IV, Sofyan, informasi yang diterima, salah seorang pasien sempat tertunda untuk dilakukan operasi, karena sejumlah perawat mogok kerja.'Kebetulan ada keluarga saya yang menghubungi saya semalam, orang tuanya belum dioperasi karena perawat mogok,'terangnya.
Sebelumnya, sekretaris RSUD, H Dahen Tawakkal saat ditemui di ruang kerjanya mengatakan, aksi mogok perawat pembantu dokter (OK) tersebut, dipicu oleh rasa ketidakpuasan dalam pembagian dana Jamkesmas (beban kerja). Para perawat tersebut hanya menerima Rp 50 ribu selama enam bulan. Artinya dalam satu bulan mereka menerima tidak sampai Rp 10 ribu.
Sementara ada pegawai yang tidak terlibat langsung menangani pasien menerima jauh lebih besar dari itu. 'Saya sendiri menerima Rp 200 ribu lebih, padahal saya tidak terlibat langsung dalam penanganan pasien,' ungkap Dahen.
Terkait persoalan tersebut kata Dahen, pihaknya berinisiatif menggelar rapat, guna mendudukkan persoalan sebenarnya. 'Insyaallah sore ini kami menggelar rapat membahs persoalan ini, kami tidak ingin persoalan ini berkepanjangan dan berpangaruh terhadap pelayanan pasien. Untuk saat ini pelayanan rumah sakit tetap seperti biasa, tidak ada lagi aksi mogok,' kata Dahen.(Zul)