Masyarakat Bantan Minta Proyek Penahan Abrasi Dilanjutkan

icon   Pada 26 September 2011 Bagikan ke :
01-December-2010

BENGKALIS - Masyarakat di Kecamatan Bantan meminta agar Pemkab Bengkalis terus menganggarkan proyek penahan atau penanggulangan abrasi di sepanjang pantai utara pulau Bengkalis. Penanggulangan abrasi harus menjadi perhatian serius karena dampaknya sangat mengkhuatirkan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.

Di desa Bantan Air misalnya, hampir sepanjang garis pantai di desa ini, abrasinya kian hari kian mengkhawatirkan dan mengerikan. Diperkirakan setiap tahun sekitar 7 hingga 15 meter bibir pantai rubuh ke laut akibat ganasnya hantaman ombak laut.

Kepala Desa Bantan Air, Tarmizi saat ditemui belum lama ini mengakui jika abrasi di desanya saat ini, tergolong parah dan meresahkan warga. Terlebih lagi lahan-lahan milik masyarakat yang sebagian besarnya merupakan lahan produktif dan berada di sepanjang garis pantai, setiap hari selalu terancam oleh abrasi ini.

'Jika diakumulasikan jumlah kerugian yang dialami masyarakat, maka kerugian tersebut tidak dapat ditotal lagi, karena sudah cukup besar,' katanya.

Tahun 2010 ini, kata Tarmizi, mulai dilakukan proyek bagi mengatasi abrasi dengan membangun turap penahan gelombang berupa gorong-gorong yang disusun di sepanjang bibir pantai. Salah satu lokasi yang dibangun proyek ini kata Tarmizi, adalah di Dusun Bangun Sari.

'Dengan dibuatnya turap penahan gelombang ini, paling tidak kita bisa berharap ombak laut yang datang setiap hari dan menerjang bibir pantai, dapat ditahan dan tidak sampai merubuhkan bibir pantai. Untuk tahap awal ini, pembangunan turap penahan gelombang yang dipusatkan di Dusun Bangun Sari dari APBD Bengkalis dengan anggaran sebesar Rp1,2 miliar lebih ini, dibangun dengan volume 200 meter,' sebut Tarmizi seraya mengatakan jika pengerjaan proyek tersebut, dilakukan oleh PT Bukit Merah.

'Kita minta program seperti ini dapat terus dilakukan, karena dinilai sangat baik dalam mengatasi abrasi, khususnya di Desa Bantan Air yang beberapa tahun terakhir ini sangat mengkhawatirkan,'ujar Tarmizi.

Menurut Tarmizi, pembangunan penahan gelombang berupa gorong-gorong yang disusun ini, dinilai sangat efektif dan merupakan salah satu alternatif bagi mencegah terjadinya abrasi lebih besar lagi. Untuk itu dia berharap di tahun-tahun yang akan datang, program seperti ini hendaknya terus dilanjutkan, khususnya di desa Bantan Air.

Upaya mencegah abrasi, ujar Tarmizi, pernah juga ditempuh dengan menanam pohon api-api. Tetapi langkah tersebut dinilai mubazir karena banyak pohon yang mati dari pada yang hidup. 'Sebenarnya kalau berhasil bagus sekali, tapi kalau banyak yang mati kan itu namanya mubazir,' katanya.

Tarmizi mengatakan, memang sudah menjadi fenomena alam dan berlangsung sepanjang tahun. Kondisi abrasi yang terjadi sudah sangat mengkhawatirkan. Desa Bantan Air saja sekarang luasnya semakin berkurang. 'Bayangkan saja, jika sekitar tahun 1980-an jarak bibir pantai dari simpang tiga jalan Terubuk Dusun Tua Desa Bantan Air sekitar 1 km, kini jarak tersebut sudah semakin dekat sekitar 150 meter,'kata Tarmizi.

Begitu halnya juga di beberapa kawasan lainnya di Bantan Air, seperti di Dusun Bangun Sari, Dusun Papal dan Dusun Teluk Ondan. Abrasi yang terjadi tidak jauh berbeda. Namun seperti di Dusun Papal dan Bangun Sari, abrasi telah meluluhlantakkan ratusan pohon kelapa dan lahan pertanian milik masyarakat setempat.(Zul)