Peringatan Hardiknas, Tumbuhkan Pola Pikir Prilaku Berbasis Kasih Sayang

icon   Pada 26 September 2011 Bagikan ke :

02-May-2011

BENGKALIS – Para pemangku kepentingan pendidikan diminta untuk menumbuhkan pola pikir prilaku berbasis kasih sayang. Hal ini sebagai salah satu cara mencegah tumbuhnya pemikiran dan perilaku destruktif, anarkis, kekerasan dan radikalisme

Demikian salah satu pesan yang disampaikan Bupati Bengkalis, Herliyan Saleh saat membacakan kata sambutan Menteri Pendidikan Nasional, M Nuh, pada peringatan Hari Pendidikan Nasional, Senin (2/5/11) di lapangan tugu.

“Pada kesempatan ini, kami ingin mengajak kepada para pemangku kepentingan pendidikan, terutama kepala sekolah, guru, pimpinan perguruan tinggi dan dosen, harus memberikan perhatian dan pendampingan lebih besar kepada peserta didik dalam membentuk dan menumbuhkan pola pikir dan perilaku yang berbasis kasih sayang, toleran terhadap realitas keanekaragaman yang dibenarkan oleh peraturan dan perundangan,” ungkap Herliyan di hadapan para peserta apel.

Lebih lanjut, pendidikan berbasis karakter dengan segala dimensi dan variasinya menjadi penting dan mutlak. Karakter yang diinginkan bukan hanya karakter berbasis kemuliaan diri semata, akan tetapi secara bersamaan membangun karakter kemuliaan sebagai bangsa. ”Karakter yang ingin kita bangun bukan hanya kesantunan, tetapi secara bersamaan membangun karakter yang mampu menumbuhkan kepenasaranan intelektual sebagai modal untuk membangun kreativitas dan daya inovasi,” ungkap Herliyan mengutip sambutan Mendiknas.

Karakter yang bertumpu pada kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara dengan pancasila, uud nkri 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai pilarnya. Itulah alasan mengapa tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2011 ini adalah pendidikan karakter sebagai pilar kebangkitan bangsa dengan sub tema raih prestasi junjung tinggi budi pekerti.

Dalam dunia pendidikan itu, manusia sebagai pemeran utamanya, baik sebagai subyek sekaligus sebagai obyek. Keilmuan sebagai medianya, memanusiakan manusia sebagai salah satu tujuannya, dan kemampuan untuk menjawab berbagai persoalan. Itulah sebabnya mengapa dunia pendidikan itu kompleks, menantang namun sangat mulia. Kompleksitas dan tantangan terus berkembang, seiring dengan perjalanan zaman. (rilis/Adi)