Bengkalis – Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Bengkalis, Ny Hj Fauziah Syamsurizal mengatakan bahwa kesehatan reproduksi berkaitan langsung dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah karena proses reproduksi yang tidak sehat.
Oleh sebab itu dan sebagai salah satu konsep pembangunan kesehatan, isteri Bupati Bengkalis ini mengajak seluruh keluarga di daerah ini untuk dapat mengetahui dan memahami arti penting reproduksi yang sehat. Dan, katanya, masalah kesehatan reproduksi bukan hanya milik wanita. “Setelah menikah, laki-laki punya peran sama dalam menjaga kesehatan reproduksi pasangannya. Kepedulian pria dalam kesehatan reproduksi mempunyai pengaruh terhadap kesehatan ibu. Perhatian dan dukungan suami akan meningkatkan keberhasilan dalam menyelamatkan kehamilan dan persalinan,” kata Fauziah. Hal itu dikatakan Fauziah ketika membuka penyuluhan kesehatan dan deteksi dini kanker bagi pengurus dan anggota organisasi wanita se-Kabupaten Bengkalis.
Kegiatan dalam rangka Kesatuan Gerak PKK KB-Kesehatan ke-36 yang diikuti lebih dari sekitar 200 itu, dilaksanakan Jum’at (23/1), di Gedung Daerah Datuk Laksamana Raja Dilaut. Dikatakan Fauziah, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi adalah dengan mengatur jumlah dan jarak kelahiran anak. Yaitu, dengan menjadi akseptor Keluarga Berencana (KB). Karena KB memberikan kontribusi yang sangat besar. Bukan saja bagi pengendalian laju pertumbuhan penduduk, tetapi juga bagi penanganan masalah kesehatan reproduksi. “Termasuk penurunan angka kematian ibu melahirkan maupun angka kematian bayi, yang kesemuanya itu mempunyai pengaruh cukup besar dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia”, katanya. Karena itu, harap Fauziah, makna pengaturan jumlah dan jarak anak dari perspektif kesehatan reproduksi harus dipahami secara baik oleh setiap keluarga. Oleh suami maupun istri. “Begitu pula tujuan dan manfaat kesehatan reproduksi bagi ibu, anak dan keluarga,” harapnya.
Sementara itu, ketika memaparkan tentang deteksi dini kanker, dr Eka Purnawa Dewi, SpOG yang menjadi nara sumber dalam kegiatan itu menjelaskan, penyakit organ reproduksi yang banyak menyerang wanita, diantaranya kanker rahim. Menurut dokter spesialis di Bengkalis Grand Horpital, kanker rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus. Yaitu, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). “Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur. Tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur 20 - 30 tahun”, katanya.
Menurut tenaga medis kelahiran Medan Sumatera Utara 1978 ini, adapun faktor resiko kanker rahim ini, yaitu melakukan hubungan seks di usia muda (di bawah usia 20 tahun, berganti-ganti pasangan seks, dan melakukan hubungan seks dengan pria yang sering berganti-ganti pasangan. “Serta perokok aktif maupun pasif dan kurang menjaga kebersihan kelamin. Penyebabnya, Human Papilloma Virus tipe 16 dan 18,” jelas wanita berjilbab ini kepada peserta penyuluhan. Sedangkan gejalanya, kata Eka, pada tingkat dini, seringkali tidak menunjukkan tanda yang khas, sehingga sukar dikenali dengan cara biasa.
Namun, keputihan dan perdarahan sesudah berhubungan seksual perlu dicurigai sebagai gejalanya. Sedangkan gejala tingkat lanjutan, kata Eka lagi, seperti haid tidak normal, perdarahan tidak pada masa haid, perdarahan pada masa menopause serta keputihan atau keluar cairan encer putih kekuningan yang berbau terkadang bercampur darah seperti nanah. “Adapun cara deteksi dininya, diantaranya dengan pap smear” katanya