24-September-2010
Pertama untuk Tingkat Kabupaten/Kota se-Riau
BENGKALIS-RSUD Bengkalis kini bisa melayani cuci darah untuk pasien yang mengalami gagal ginjal terhitung sejak Rabu (22/9).
Hingga Kamis (23/9), sudah dua pasien yang melakukan cuci darah dan kedua-keduanya berjalan sukses. Untuk RSUD tingkat kabupaten/kota se-Riau, baru RSUD Bengkalis yang memiliki fasilitas layanan cuci darah ini. Selain RSUD Bengkalis, RSUD Arifin Achmad Pekanbaru juga memiliki layanan serupa yang nota benenya berada di bawah Pemprov Riau.
Direktur RSUD Bengkalis dr H Abdul Muthalib Rambe, didampingi Sekretaris RSUD H Dahen Tawakkal serta dr S Malau, mengatakan, sejak dibeli bersamaan dengan alat kesehatan yang lain, beberapa tahun lalu, dua unit alat cuci darah tersebut bekum bisa difungsikan karena RSUD Bengkalis belum memiliki SDM khusus mengoperasikan alat tersebut.
“Kita memang pernah mengirimkan dokter untuk belajar mengoperasikan alat ini di Unsri Palembang. Ternyata di Unsri belum bersertifikat, jadi dokter yang selesai belajar di Unsri belum diakui,” ungkap Rambe.
Baru setelah beberapa bulan lalu, pihak rumah sakit kembali mengirimkan dua dokter, masing-masing dr S Malau dan dr Wahyu serta beberapa perawat untuk belajar selama tiga bulan di RS Cipto. “Alhamdulillah, setelah dua dokter ini selesai belajar di sana, sejak kemarin dua alat cuci darah ini sudah bisa kita oprasikan. Sampai hari ini, sudah dua pasien yang kita lakukan cuci darah, alhamdulillah keduanya sukses,” papar Rambe kepada wartawan.
Dengan beroperasinya dua alat cuci darah ini, kata Rambe, tentunya menjadi kabar gembira bagi masyarakat Bengkalis sekaligus prestasi tersendiri bagi RSUD Bengkalis. Karena untuk RSUD kelas kabupaten/kota se-Riau, baru Bengkalis yang memiliki alat cuci darah. “Pasien gagal ginjal atau yang ingin cuci darah tidak perlu lagi bersusah-susah ke Pekanbaru atau Melaka, cukup di RSUD Bengkalis,” katanya.
Bantu Pasien
Ditanya biaya cuci darah, ditambahkan Dahen, untuk pasien Jamkesmas tidak dikenakan biaya apapun alias gratis. “Berfungsinya alat cuci darah ini memang sangat-sangat membantu masyarakat, terutama masyarakat yang kurang mampu. Seperti sama kita ketahui, sekali cuci darah biasanya sekitar Rp 550 ribu, padahal ada pasien gagal ginjal dalam satu minggu harus dua kali cuci darah, berapa besar biaya yang harus dikeluarkan,” terangnya.
Saat ini, kata Dahen, di RSUD Bengkalis telah tersedia empat unit alat cuci darah. Dua unit milik RSUD dan dua unit lagi sumbangan dari Fresinius. “Jadi ada empat unit yang standby. Dan saat ini konsultan dari Fresenius masih mendampingi dokter yang mengopreasikan alat cuci darah. Minggu besok mereka sudah kembali ke Jakarta,” terang Dahen.
Pantaan wartawan di RSUD, Kamis kemarin, terlihat salah seorang pasien gagal ginjal warga Cik Mas Ayu Rimba Sekampung, sedang menjalani cuci darah. Terlihat pula istri dan anak serta sejumlah keluarga. “Alhamdulillah, sekarang cuci darah sudah bisa dilakukan di RSUD ini. Tak taulah kami macam mane jadinye kalau harus ke Pekanbaru atau Melake, ke mane kami nak care duit,” ujar istri si pasien. n man
Pertama untuk Tingkat Kabupaten/Kota se-Riau
BENGKALIS-RSUD Bengkalis kini bisa melayani cuci darah untuk pasien yang mengalami gagal ginjal terhitung sejak Rabu (22/9).
Hingga Kamis (23/9), sudah dua pasien yang melakukan cuci darah dan kedua-keduanya berjalan sukses. Untuk RSUD tingkat kabupaten/kota se-Riau, baru RSUD Bengkalis yang memiliki fasilitas layanan cuci darah ini. Selain RSUD Bengkalis, RSUD Arifin Achmad Pekanbaru juga memiliki layanan serupa yang nota benenya berada di bawah Pemprov Riau.
Direktur RSUD Bengkalis dr H Abdul Muthalib Rambe, didampingi Sekretaris RSUD H Dahen Tawakkal serta dr S Malau, mengatakan, sejak dibeli bersamaan dengan alat kesehatan yang lain, beberapa tahun lalu, dua unit alat cuci darah tersebut bekum bisa difungsikan karena RSUD Bengkalis belum memiliki SDM khusus mengoperasikan alat tersebut.
“Kita memang pernah mengirimkan dokter untuk belajar mengoperasikan alat ini di Unsri Palembang. Ternyata di Unsri belum bersertifikat, jadi dokter yang selesai belajar di Unsri belum diakui,” ungkap Rambe.
Baru setelah beberapa bulan lalu, pihak rumah sakit kembali mengirimkan dua dokter, masing-masing dr S Malau dan dr Wahyu serta beberapa perawat untuk belajar selama tiga bulan di RS Cipto. “Alhamdulillah, setelah dua dokter ini selesai belajar di sana, sejak kemarin dua alat cuci darah ini sudah bisa kita oprasikan. Sampai hari ini, sudah dua pasien yang kita lakukan cuci darah, alhamdulillah keduanya sukses,” papar Rambe kepada wartawan.
Dengan beroperasinya dua alat cuci darah ini, kata Rambe, tentunya menjadi kabar gembira bagi masyarakat Bengkalis sekaligus prestasi tersendiri bagi RSUD Bengkalis. Karena untuk RSUD kelas kabupaten/kota se-Riau, baru Bengkalis yang memiliki alat cuci darah. “Pasien gagal ginjal atau yang ingin cuci darah tidak perlu lagi bersusah-susah ke Pekanbaru atau Melaka, cukup di RSUD Bengkalis,” katanya.
Bantu Pasien
Ditanya biaya cuci darah, ditambahkan Dahen, untuk pasien Jamkesmas tidak dikenakan biaya apapun alias gratis. “Berfungsinya alat cuci darah ini memang sangat-sangat membantu masyarakat, terutama masyarakat yang kurang mampu. Seperti sama kita ketahui, sekali cuci darah biasanya sekitar Rp 550 ribu, padahal ada pasien gagal ginjal dalam satu minggu harus dua kali cuci darah, berapa besar biaya yang harus dikeluarkan,” terangnya.
Saat ini, kata Dahen, di RSUD Bengkalis telah tersedia empat unit alat cuci darah. Dua unit milik RSUD dan dua unit lagi sumbangan dari Fresinius. “Jadi ada empat unit yang standby. Dan saat ini konsultan dari Fresenius masih mendampingi dokter yang mengopreasikan alat cuci darah. Minggu besok mereka sudah kembali ke Jakarta,” terang Dahen.
Pantaan wartawan di RSUD, Kamis kemarin, terlihat salah seorang pasien gagal ginjal warga Cik Mas Ayu Rimba Sekampung, sedang menjalani cuci darah. Terlihat pula istri dan anak serta sejumlah keluarga. “Alhamdulillah, sekarang cuci darah sudah bisa dilakukan di RSUD ini. Tak taulah kami macam mane jadinye kalau harus ke Pekanbaru atau Melake, ke mane kami nak care duit,” ujar istri si pasien. n man