BENGKALIS – Sebagai negeri serumpun, antara Indonesia dan Malaysia mempunyai kesamaan adat istiadat, budaya dan bahasa. Atas dasar itu, mahasiswa Kolej Kediaman Taunku Bahiyah Universiti Malaya (UM), selama sepekan melaksanakan Jelajah Adat di Indonesia (JADI) 5.0 tepatnya di Pulau Bengkalis.
JADI 5.0 yang diikuti 40 pelajar dan 2 orang dosen, akan melakukan jelajah di Negeri Junjungan mulai 9 hingga 16 Februari 2019. Target sasaran ‘pertualangan’ alias jelajah adat adalah Kampung Zapin Desa Meskom. Mengapa Meskom dijadikan sasaran, karena desa ini sebagai kampung yang konsisten mempertahankan khasanah budaya Melayu, yakni seni zapin tradisional.
Selama sepekan berada di Kampung Zapin, 40 mahasiswa dan 2 pensyarah (dosen) akan melakukan program pertukaran budaya antar negeri serumpun Malaysia dan Indonesia khususnya Kabupaten Bengkalis. Seperti belajar seni tarian zapin tradisional. Tak hanya itu, mereka juga akan berbagai ilmu dan pengalaman, yakni tarian dari negeri jiran Malaysia, seperti tarian Mak Inang.
Sesuai tema yang diusul dalam JADI 5.0 ini, yakni Jelajah dan Amal. Rombongan mahasiswa Kolej Kediaman Taunku Bahiyah Universiti Malaya (UM), juga akan road show ke panti asuhan untuk saling berbagi. Tak hanya itu, mereka juga akan mengunjung beberapa sekolah dan tempat-tempat bersejarah di Negeri Junjungan Kabupaten Bengkalis.
“Sebagai negeri serumpun, kehadiran kami di Bengkalis ini, selain untuk mempererat silaturahmi, juga untuk saling bertukar pengalaman terutama dalam pengembangan seni budaya yang ada, misalnya tarian zapin tradisional di Desa Meskom,†ungkap Ketua Pengirim, Dr Sayuti bin Abdul Karim, saat acara jamuan makan malam di Rumah Dinas (Rumdis) Sekretaris Daerah (Sekda) Bustami, Minggu malam 10 Februari 2019.
Selama berada di Kampung Zapin, 40 mahasiswa dan 2 pensyarah ini, berbaur dengan warga setempat. Mereka menempati rumah-rumah warga, semakin mengakrabkan hubungan ‘saudara’ yang terpisah oleh batas administrasi negara. Sebanyak 7 rumah warga menjadi tempat tinggal mahasiswa UM yang terdiri dari etnis Melayu, Cina dan India.
Sementara itu, Bupati Bengkalis Amril Mukminin yang diwakili Sekda Bengkalis Bustami, menyambut baik kehadiran mahasiswa negeri jiran Malaysia. Menurutnya, kehadiran mereka semakin memupuk jalinan silaturahmi antar saudara serumpun.
Meskipun dipisahkan oleh batas administrasi negara, kata Bustami, hubungan antara rakyat Malaysia dan Indonesia, khususnya Bengkalis terjalin erat. Terlebih letak Bengkalis dan Malaysia, hanya dipisahkan oleh Selat Malaka.
“Jika tidak ada Selat Melaka berarti kita satu tanah. Kita ini adalah negara serumpun, budayanya sama yang membedakan kita hanya negara,†ungkap Bustami.
Bustami mengucapkan terima kasih, karena Bengkalis khususnya Desa Meskom dijadikan tempat untuk “belajar†sasaran pertukaran budaya yang dibungkus jelajah adat. Pertualangan jelajah adat ini, hendaknya semakin mengekalkan budaya khasanah Melayu yang dimiliki dua negara serumpun.
Sekda juga memberikan apresiasi dengan tema Jelajah dan Amal. Menurutnya, selain berjelajah, ternyata rombongan JADI 5.0 berbagi dengan penghuni panti asuhan yang ada di Pulau Bengkalis.
Pada acara jamuan makan malam di rumdis Sekda Bengkalis, ditampilkan berbagai seni budaya antara dua negeri serumpun. Seperti tarian persembahan selamat datang, kemudian tarian Zapian Tradisional dari pelajar Desa Meskom dan tarian Mak Inang dari Mahasiswa UM.
Tampak hadir pada jamuan makam malam itu, Ketua Majelis Kerapatan Adat LAMR Bengkalis, Zainudin, Sekretaris Dinas Pariwisata Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Nurminsyah, Kepala Dinas Perpusataan dan Kearsipan Suwarto, Sekretaris Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Adi Sutrisno.
Kemudian, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Khairani, Kepala Imigrasi Bengkalis yang diwakili Sugeng Pendah Hartanto, Bujang dan Dara Bengkalis Ahmad Hamidi dan Bimby Ashaika, Ketua Rombongan/Pengarah Universiti Malaya, Natasya serta dosen Universiti Malaya Aida. #DISKOMINFOTIK