Setiap Rumah Wajib Pelihara 183 Mangrove

icon   Pada 26 September 2011 Bagikan ke :
06-January-2010

BANTAN -- Warga pesisir pantai Dusun Papal, Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, secara gotong royong menyemai 20 ribu bibit mangrove jenis api-api. Langkah ini sebagai upaya penyelamatan lingkungan dari ancaman abrasi yang terus menghantui. Aksi kepedulian untuk menyelamatkan daratan dari kehancuran akbiat abrasi ini dimulai pada awal tahun, tepatnya Minggu 3 Januari 2010 kemarin.

Guna memudahkan penyemaian bibit api-api, masyarakat dusun Papal membagi per kelompok berdasarkan jumlah rukun tetangga (RT) yang ada di wilayah itu. Jumlah bibit api-api yang disemai setiap kelompok bervariasi, berdasarkan jumlah rumah yang ada di setiap RT.

'Kebetulan di RW I dusun Papal ini terdapat lima RT. Untuk pengelolaan dan pemeliharaan bibit api-api ini kita serahkan kepada masing-masing RT. Ada setiap RT mendapat jatah 2.900 batang, ada juga sampai 4.000 lebih. Tergantung jumlah rumah yang di masing-masing RT,' ungkap Ketua RW I Dusun Papal, Muhri yang juga dipercaya sebagai koordinator masing-masing kelompok.

Jika dikalkulasi secara merata, setiap rumah mempunyai tanggungjawab memelihara bibit api-api sekitar 183 pohon. Mereka wajib memelihara dan merawat bibit api-api yang disemai sehingga kelak bisa ditanam di pesisir pantai. Ditargetkan, bibit api-api ini baru bisa ditanam sekitar usia setahun. Ditargetkan, penanaman mangrove ini akan dilakukan pada bulan April 2011 mendatang.

'Mudah-mudahan tidak ada kendala, sehingga seluruh bibit api-api yang kita semai ini hidup semua, sehingga bisa ditanam tahun depan,' ungkap Muhri.

Sejauh ini, warga dusun Papal desa Bantan Air sudah mulai menanam mangrove pada pertengahan tahun lalu, sebanyak 1.500 pohon merupakan sumbangan dari Kondur Petroluem SA. Dari seluruh pohon yang ditanam, sekitar 35 persen hidup. Bahkan sebelumnya, warga sudah menyemai bibit mangrove sekitar 7.500 batang. Hanya saja pengelolaan diserahkan secara individu, sehingga hasilnya kurang memuaskan. Berkat pengalaman itu, warga berinisiatif menyemai sendiri bibit api-api yang dibagi per kelompok.

'Kami berharap pemerintah kabupaten (Pemkab) Bengkalis membantu masyarakat untuk pembibitan ini. Namun untuk pembibitan dan penanaman ini sebaiknya tidak diproyekkan, lebih baik dilakukan secara swakelola oleh masyarakat setempat,' ungkap Muhri.

Berdasarkan pantauan di lapangan, Minggu lalu, masing-masing kelompok memanfaatkan parit dan lokasi tidak jauh dari pantai, untuk penyemaian. Dari pagi hingga sore, warga berkubang dengan lumpur untuk mengisi poliback ukuran setengah kilogram. Kemudian poliback yang sudah berisi lumpur parit ini, langsung disemai dengan bibit mangrove yang diperoleh di pinggir pantai.

Masing-masing kelompok berlomba untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Mereka menyemai diantara parit sempadan kebun, ada juga di lahan rendah di pinggir laut. Bahkan ada juga yang membuat genangan dari terpal, kemudian poliback dimasukan dalam genangan tersebut.

Kerusakan daratan dusun Papal akibat abrasi sudah sangat parah. Setiap tahun, terutama pada musim utara mulai dari bulan November hingga Januari, puluhan meter daratan amblas terguras hantaman gelombang air laut. Lahan perkebunan karet, kelapa bahkan lahan berpersawahan milik warga hilang diterjang air laut.

Tidak hanya dusun Papal, kawasan lain yang parah terkena abrasi ini juga sampai kawasan dusun Mentayan, desa Bantan Tengah yang merupakan sentra pertanian. Pada umumnya, lahan persawahan warga dusun Papal berada di perbatasan dusun Mentayan desa Bantan Tengah. Kendati demikian, untuk penanaman mangrove tahun depan, seluruh bibit mangrove itu akan ditanam di hamparan pantai yang terbentang dari dusun Papal desa Bantan Air hingga dusun Mentayan desa Bantan Tengah. (auf)

sumber dumaipos