Bengkalis – Bupati H Syamsurizal mengingatkan, jika malaikat Israil datang memanggil (meninggal dunia), maka harta, kawan karib dan sanak saudara tiada berguna lagi. Adapun yang akan menjadi pembela adalah amal ibadah selama hidup di dunia.
Lewat tembang padang pasir yang berjudul Selimut Putih itu, pesan itu disampaikan Syamsurizal ketika berkolaborasi dengan Umi Kalsum dari group nasyid El Surayya Medan. Lagu itu didendangkan Syamsurizal dan Umi Kalsum, pada malam peringatan Tahun Baru Hijriah, 1 Muharram 1430 H.
“Paling tidak tembang ini mengingatkan diri saya pribadi, untuk mempersiapkan bekal menuju akhirat kelak," kata Syamsurizal usai membawakan lagu yang memang dipopulerkan Umi Kalsum bersama El Surayya tersebut.
Seperti tahun-tahun sebelum, dalam rangka menyambut dan memeriahkan datangnya tahun baru hijriah, Pemerintah Kabupaten Bengkalis selalu menggelar malam nada dan dakwah.
Untuk tahun 1430 H ini, dalam acara yang dilaksanakan di lapangan Tugu Bengkalis, Minggu malam (28/12) lalu itu, selain diisi santapan tausyiah rohani oleh KH Ridwan Hamid dari tanah Deli Medan, panitia juga mengundang group El Surayya.
Usai El Surayya mendendang lima lima buah lagu, sekitar pukul 22.00 Wib, Ridwan Hamid, memulai tausiyahnya. Dengan bahasa yang lunak dan mudah dipahami, serta diselingi humor, sang ustadz mengupas tentang nikmat, rahmat, rahman, dan rahim.
Dikatakan Ridwan, banyak sekali umat Islam yang pandai membaca Al-qur’an. Mereka memiliki dan mengetahui berbagai ilmu. Namun sayangnya hanya sedikit sekali yang memahami apa yang diketahui tersebut.
“Banyak dari kita yang menggeleng kepala ketika berzikir, tapi tak banyak tahu apa makna dari gelengan kepala tersebut. Setiap hari, banyak yang kita perbuat , tapi kita tak pahami apa maksud yang kita perbuat itu. Padahal, seharusnya kita harus memahami betul apa yang kita perbuat itu,” pesan Ridwan.
Sementara itu, dalam sambutannya, Syamsurizal mengatakan, hijrahnya Nabi Besar Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, telah membawa perubahan yang sangat besar dan berarti bagi perkembangan dan kemajuan peradaban umat manusia. Perubahan dari zaman jahiliah menuju peradaban madaniah di bawah naungan cahaya Illahi.
“Dengan kata lain, Rasulullah SAW melakukan perubahan yang paling fundamental atau mendasar dalam kehidupan umat manusia, dari kehidupan yang tidak memiliki peradaban, ke arah kehidupan yang penuh rahmat, ampunan, dan kasih sayang,” kata Syamsurizal.
Oleh sebab itu, teladan yang diberikan Rasulullah SAW melalui hijrah tersebut, harus dapat memberikan dan mesti menjadi inspirasi penting bagi setiap umat Islam untuk membangun sebuah peradaban baru di masa yang akan datang yang lebih baik.
“Kita harus dapat memetik hikmah dan pelajaran, bagaimana Rasulullah SAW mulai membangun peradaban Islam dari tataran induvidual menuju tataran sosial kemasyarakatan yang lebih baik,” katanya.
Masih kata Syamsurizal, pada tataran individual, Rasulullah SAW menegakkan akidah nafsiah. Yaitu menegakkan akidah dalam diri setiap insan. Hal ini mengandung makna, bahwa segala sesuatu yang direncanakan dan harapkan agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik, harus dimulai dengan melakukan perubahan dari dalam diri sendiri.
“Perubahan ini kemudian lebih meluas dan menjadi pondasi dalam membangun komitmen bersama ke arah pembentukan sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat. Hal inilah yang diterapkan Rasulullah SAW pada masyarakat di Madinah,” kata bupati bergelar Sri Mahkota Sempurna Negeri ini.
Lewat tembang padang pasir yang berjudul Selimut Putih itu, pesan itu disampaikan Syamsurizal ketika berkolaborasi dengan Umi Kalsum dari group nasyid El Surayya Medan. Lagu itu didendangkan Syamsurizal dan Umi Kalsum, pada malam peringatan Tahun Baru Hijriah, 1 Muharram 1430 H.
“Paling tidak tembang ini mengingatkan diri saya pribadi, untuk mempersiapkan bekal menuju akhirat kelak," kata Syamsurizal usai membawakan lagu yang memang dipopulerkan Umi Kalsum bersama El Surayya tersebut.
Seperti tahun-tahun sebelum, dalam rangka menyambut dan memeriahkan datangnya tahun baru hijriah, Pemerintah Kabupaten Bengkalis selalu menggelar malam nada dan dakwah.
Untuk tahun 1430 H ini, dalam acara yang dilaksanakan di lapangan Tugu Bengkalis, Minggu malam (28/12) lalu itu, selain diisi santapan tausyiah rohani oleh KH Ridwan Hamid dari tanah Deli Medan, panitia juga mengundang group El Surayya.
Usai El Surayya mendendang lima lima buah lagu, sekitar pukul 22.00 Wib, Ridwan Hamid, memulai tausiyahnya. Dengan bahasa yang lunak dan mudah dipahami, serta diselingi humor, sang ustadz mengupas tentang nikmat, rahmat, rahman, dan rahim.
Dikatakan Ridwan, banyak sekali umat Islam yang pandai membaca Al-qur’an. Mereka memiliki dan mengetahui berbagai ilmu. Namun sayangnya hanya sedikit sekali yang memahami apa yang diketahui tersebut.
“Banyak dari kita yang menggeleng kepala ketika berzikir, tapi tak banyak tahu apa makna dari gelengan kepala tersebut. Setiap hari, banyak yang kita perbuat , tapi kita tak pahami apa maksud yang kita perbuat itu. Padahal, seharusnya kita harus memahami betul apa yang kita perbuat itu,” pesan Ridwan.
Sementara itu, dalam sambutannya, Syamsurizal mengatakan, hijrahnya Nabi Besar Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, telah membawa perubahan yang sangat besar dan berarti bagi perkembangan dan kemajuan peradaban umat manusia. Perubahan dari zaman jahiliah menuju peradaban madaniah di bawah naungan cahaya Illahi.
“Dengan kata lain, Rasulullah SAW melakukan perubahan yang paling fundamental atau mendasar dalam kehidupan umat manusia, dari kehidupan yang tidak memiliki peradaban, ke arah kehidupan yang penuh rahmat, ampunan, dan kasih sayang,” kata Syamsurizal.
Oleh sebab itu, teladan yang diberikan Rasulullah SAW melalui hijrah tersebut, harus dapat memberikan dan mesti menjadi inspirasi penting bagi setiap umat Islam untuk membangun sebuah peradaban baru di masa yang akan datang yang lebih baik.
“Kita harus dapat memetik hikmah dan pelajaran, bagaimana Rasulullah SAW mulai membangun peradaban Islam dari tataran induvidual menuju tataran sosial kemasyarakatan yang lebih baik,” katanya.
Masih kata Syamsurizal, pada tataran individual, Rasulullah SAW menegakkan akidah nafsiah. Yaitu menegakkan akidah dalam diri setiap insan. Hal ini mengandung makna, bahwa segala sesuatu yang direncanakan dan harapkan agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik, harus dimulai dengan melakukan perubahan dari dalam diri sendiri.
“Perubahan ini kemudian lebih meluas dan menjadi pondasi dalam membangun komitmen bersama ke arah pembentukan sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat. Hal inilah yang diterapkan Rasulullah SAW pada masyarakat di Madinah,” kata bupati bergelar Sri Mahkota Sempurna Negeri ini.