BENGKALIS- Wakil Bupati Simalungun Sumatera Utara, Nuriaty
Damanik bersama rombongan berkunjung ke Bengkalis, Kamis (24/5/12).
Kedatangan Nuriaty dan rombongan ini, selain dalam rangkaian
silaturrahim juga berziarah ke makam Raja Sang Nauluh Damanik dari
kerajaan Siantar, di Desa Senggoro Kecamatan Bengkalis.
Kedatangan Wakil Bupati Simalungun ke Bengkalis, disambut Wakil Bupati Bengkalis Suayatno. Kesempatan ini, Suayatno mengungkapkan, antara Bengkalis dan Simalungun telah lama mempunyai ikatan yang sangat kuat. Historis atau ikatan sejarah, dengan adanya sosok Sang Nauluh Damanik seorang raja zaman dahulu dari kerajaan Siantar.
Dengan keberadaan makam Sang Raja Nauluh Damanik, setiap tahun saudara-saudara kita dari Simalungun dan Pematang Siantar berziarah ke makam,ujar Suayatno seperti dikutip dari release Humas Pemkab Bengkalis kepada riauterkini.com (24/5/12).
Diungkapkan Suayatno, Sang Nauluh Damanik adalah seorang raja yang berjuang menantang penjajahan Belanda untuk melepaskan rantai penjajahan. Sehingga beliau diasingkan ke Bengkalis pada tahun 1906 dan berakhirlah perjuangan selama lebih kurang 18 tahun melawan kekuasaan penjajahan. Raja Sang Naualuh wafat di Bengkalis tahun 1914.
Sebelum akhir hayatnya, Sang Nauluh mempunyai peran penting dalam pembinaan agama Islam, terutama sebagai guru mengaji bagi anak-anak kala itu di Bengkalis. Jasanya dalam pengembangan Islam di Pulau Bengkalis tidak bisa dipandang sebelah mata.
Selama memimpin kerajaan Siantar, beliau sangat gigih berjuang menentang penjajahan belanda, baik secara fisik maupun secara politis. Akibat perlawanan dan penolakannya menandatangani tanda takluk kepada Belanda yang dikenal dengan Korte Verklaring’akhirnya putra terbaik Simalungun tersebut ditangkap penjajah Belanda pada 1904.
Selama dua tahun di dalam tahanan, Belanda belum juga merasa puas ia lalu diasingkan seumur hidup ke Pulau Bengkalis pada tahun 1906,kata Suayatno lagi.***(dik)
Kedatangan Wakil Bupati Simalungun ke Bengkalis, disambut Wakil Bupati Bengkalis Suayatno. Kesempatan ini, Suayatno mengungkapkan, antara Bengkalis dan Simalungun telah lama mempunyai ikatan yang sangat kuat. Historis atau ikatan sejarah, dengan adanya sosok Sang Nauluh Damanik seorang raja zaman dahulu dari kerajaan Siantar.
Dengan keberadaan makam Sang Raja Nauluh Damanik, setiap tahun saudara-saudara kita dari Simalungun dan Pematang Siantar berziarah ke makam,ujar Suayatno seperti dikutip dari release Humas Pemkab Bengkalis kepada riauterkini.com (24/5/12).
Diungkapkan Suayatno, Sang Nauluh Damanik adalah seorang raja yang berjuang menantang penjajahan Belanda untuk melepaskan rantai penjajahan. Sehingga beliau diasingkan ke Bengkalis pada tahun 1906 dan berakhirlah perjuangan selama lebih kurang 18 tahun melawan kekuasaan penjajahan. Raja Sang Naualuh wafat di Bengkalis tahun 1914.
Sebelum akhir hayatnya, Sang Nauluh mempunyai peran penting dalam pembinaan agama Islam, terutama sebagai guru mengaji bagi anak-anak kala itu di Bengkalis. Jasanya dalam pengembangan Islam di Pulau Bengkalis tidak bisa dipandang sebelah mata.
Selama memimpin kerajaan Siantar, beliau sangat gigih berjuang menentang penjajahan belanda, baik secara fisik maupun secara politis. Akibat perlawanan dan penolakannya menandatangani tanda takluk kepada Belanda yang dikenal dengan Korte Verklaring’akhirnya putra terbaik Simalungun tersebut ditangkap penjajah Belanda pada 1904.
Selama dua tahun di dalam tahanan, Belanda belum juga merasa puas ia lalu diasingkan seumur hidup ke Pulau Bengkalis pada tahun 1906,kata Suayatno lagi.***(dik)