24-February-2009
SELATPANJANG (RP) - Upaya Pemkab Bengkalis untuk berswasembada beras tidak hanya dihadapkan dengan persoalan alih fungsi lahan. Di sisi lainnya, Pemkab Bengkalis juga dihadapkan dengan persoalan kurangnya tenaga penyuluh lapangan (PPL) pertanian dan perkebunan.
Hal ini diungkapkan Kapala Badan Ketahanan Pangan dan PPL Kabupaetn Bengkalis Ir Ahmad Ramli kepada Riau Pos, Senin (23/2) di Bengkalis. ‘’Total tenaga PPL yang diperlukan 175 orang. Sekarang ini, di Bengkalis baru memiliki 80 orang tenaga PPL pertanian dan perkebunan yang tersebar di berbagai kecamatan. Dengan demikian, masih memerlukan 75 orang tenaga PPL profesional lagi yang siap ditugaskan di desa-desa,’’ ujarnya.
Menurut Ahmad Ramli, tenga PPL sangat menentukan dalam mendukung program ketahanan pangan yang digulirkan pemerintah daerah. PPL merupakan ujung tombak pemerintah yang menjadi pendamping para petani. Untuk itu, tugas PPL tidak hanya menyosialisaikan program yang terkait dengan persoalan teknis, di sisi lainnya PPL memiliki tugas berat untuk merubah pola pikir petani yang saat ini memang masih sangat rendah SDM-nya. Untuk itu, mau tidak mau ke depan jumlah tenaga PPL harus ditambah.
Diakui Ramli, saat ini pola pikir petani di Bengkalis masih sangat sederhana. Aktivitas pertanian yang dikembangkan masih sebatas hanya untuk cukup makan. Meskipun pemerintah sudah menganjurkan pertanian modern, petani terkesan masih enggan untuk beralih stutus. Petani masih tetap saja akur dengan pola-pola tradisional. Mulai dari penggunaan bibit unggul, musim tanam yang serentak sampai pada persoalan program penangaan pasca panennya. ‘’Keengganan petani untuk merubah pola pikir ini yang menyulitkan pemerintah untuk menerapkan sistem pertanian moderen secara utuh. Akibatnya, produktivitas yang dihasilkan tidak optimal. Jangankan untuk dilempar keluar, untuk memenuhi keperluan beras sendiri belum cukup. Sampai hari ini produksi pertanian Bengkalis baru mampu memenuhi 35 persen keperluan beras per tahunnya,’’ jelasnya.(riaupos-rus)