BENGKALIS- Hasil produksi energi alternatif pengolahan
Nira Nipah atau disebut Bioethanol terus dilakukan sosialisasi bahkan
ujicoba Selasa (17/4/12) terhadap kendaraan bermotor. Bupati Bengkalis
Herliyan Saleh langsung melakukan pemakaian terhadap bahan bakar
tersebut ke kendaraan dinasnya.
Tidak hanya Bupati, Wakil Bupati Bengkalis Suayatno, Sekretaris Daerah
Asmaran Hasan juga langsung menggunakan energi dari bahan baku dari
Nira Nipah ini ke kendaraan dinas masing-masing. Bahkan, ujicoba
pemakaian bahan bakar alami ini, juga diberikan secara cuma-cuma
kepada sejumlah tukang becak motor dan kendaraan bermotor
lainnya.
Bahan bakar alternatif bukan berasal dari biofosil yang sudah
dikembangkan sejak tiga tahun terakhir oleh Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Bengkalis tersebut, selain menghasilkan bahan bakar
alternatif berupa sejenis Pertamax, Premium, Minyak Tanah, juga
dihasilkan pupuk yang alami.
Kesempatan ini, Bupati Bengkalis Herliyan Saleh saat diwawancarai
wartawan mengatakan, Kabupaten Bengkalis terdiri dari wilayah pesisir
dan air yang payau menjadi wadah sangat mudah pertumbuhan Nipah.
Sehingga, untuk menghasilkan bahan baku energi alternatif Bioethanol
dari Nira Nipah sangat potensial.
“Kita melihat potensi itu karena Kabupaten Bengkalis terdiri pulau
pesisir dan tempat tumbuhnya pohon Nipah sehingga memenuhi bahan
bakunya, ini latar belakang kita,” ujarnya.
Hasil pengolahan pohon Nipah diambil Nira-nya sebagai bahan baku,
Pemkab Bengkalis melalui Badan Penelitian Pembangunan dan Statistik
(Balitbang), dikatakan Herliyan melakukan upaya mengolah Nira Nipah
menjadi bahan bakar alternatif bisa diproduksi sebagai energi
terbarukan atau sebagai energi alternatif seperti bioetanol
tersebut.
“Alhamdulilah kita didukung penuh dari Kementrian Energi dan
Sumber Daya Manusia (ESDM) dan dibantu dua unit miniplan yang kita
tempatkan di Desa Lubukmuda Kecamatan Siak Kecil dan Desa Pambang
Kecamatan Bantan,” katanya lagi.
Sambung Herliyan, meskipun keberhasilan memproduksi energi alternatif
dari pohon Nipah ini bukan hasil penemuan, tetapi akan terus
disosialisasikan kepada masyarakat. Pemkab Bengkalis memberikan
proporsional lebih besar terhadap produksi energi alternatif biokrosin
atau sejenis minyak tanah dari pada bahan bakar sejenis Premium atau
Pertamax.
“Proporsionalnya akan lebih kita produksi terhadap energi alternatif
sejenis minyak tanah. Biaya produksi juga lebih rendah dari Rp 7 ribu.
Saat ini masyarakat di pelosok pelosok desa sangat sulit mendapatkan
minyak tanah untuk kebutuhan seperti penerangan atau memasak. Energi
alternatif ini, kita akan prioritaskan kepada masyarakat rumah tangga
miskin,” ujarnya.
Herliyan berharap, dengan keberhasilan memproduksi energi alternatif
ini, memperoleh dukungan dari seluruh komponen masyarakat. Saat ini
miniplan yang dikelola untuk menghasilkan Bioethanol baru mampu
sebanyak 200 liter perhari dan memerlukan bahan baku Nira Nipah
sebanyak 1.000 liter.
“Kita berharap miniplan ini dikembangkan terus kalau bisa ya 1.000
liter perhari. Dan ini akan membantu masyarakat miskin kita. Itu yang
kita utamakan. Pengolahan Nira ini hemat biaya untuk menghasilkan
energi alternatif siap pakai. Kemudian ini bisa didukung oleh semua
pihak demi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Apalagi, untuk kompor
memasak, api yang dihasilkan juga tidak kalah dari bahan bakar gas,
apinya juga biru,” pintanya.***(dik)