Wabup Bengkalis Ajak Remaja Perangi Narkotika

icon   Pada 19 Juli 2012 Bagikan ke :

BENGKALIS- Peredaran narkoba di Kabupaten Bengkalis semakin meresahkan. Setidaknya hingga semester I 2012, pengungkapan kasus narkoba dari pihak kepolisian telah mencapai 73 perkara dengan 132 tersangka. Oleh karena itu, dirinya berharap generasi muda mampu memerangi peredarannya.

Demikian disampaikan Wakil Bupati (Wabup) Bengkalis Suayatno, saat memberikan pengarahan serangkaian kegiatan sosialisasi bahaya narkoba di gedung serbaguna Camat Bantan, Rabu (18/7/12). Narkoba merupakan ancaman yang selalu mengintai keberadaan kita. Terlebih wilayah Kabupaten Bengkalis, terutama Kecamatan Bantan ini berbatasan langsung dengan negeri jiran, sehingga sangat rawan masuknya narkoba, paparnya.

Dikatakan Suayatno, yang lebih mengkhawatirkan lagi, berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus pecandu narkoba di Indonesia mencapai 5 juta orang, mirisnya sekitar 60 persen atau sekitar 3 juta orang merupakan generasi muda.

Kondisi ini tentunya tidak bisa kita biarkan, oleh karena itu saya berharap kepada seluruh generasi muda dan pelajar jauhilah narkoba, harapnya lagi.

Dijelaskan Suayatno, penyalahgunaan narkoba mempunyai dampak negatif bagi generasi muda. Narkoba bisa merusak jaringan otak dan daya pikir, bisa menimbulkan niat jahat bagi para pengguna yang sudah ketergantungan. Pemakai narkoba tidak bisa berpikir dengan normal dan cenderung bertindak ke arah kriminal.

Tidak hanya itu, sambung Suayatno, penyalahgunaan narkoba juga bisa menyebabkan penyebaran Hepatitis B dan Hepatitis C bahkan, virus HIV/AIDS karena dari memakai jarum suntik dari pengguna narkoba.

2011 jumlah penderita HIV mencapai 100 orang, AIDS sebanyak 25 orang kasus dan meninggal akibat AIDS sebanyak 16 orang, diantaranya karena gara-gara memakai narkoba dan jarum suntik, ujarnya lagi.

Upaya pencegahan peredaran narkoba tidak hanya berada di pundak aparat kepolisian. Namun, penggalangan yang kuat dari pemerintah, LSM, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan tenaga pendidik. Lebih utama, harus dimulai dari lingkungan keluarga, imbuhnya.***(dik)